Salah satu mobil saya adalah
Datsun Go T-Active beli dari baru th 2014 dan saya mungkin salah satu orang yang pernah di undang awal tahun 2015 oleh Datsun, untuk seri interview langsung pengembangan dan kepuasan pelanggan oleh team Indomobil dan ditanya, apakah mengharapkan Datsun kedepannnya ada versi transminisi Automatic atau tidak, dan saya jawab "Tidak".
Beberapa pertanyaan lainnnya seputaran pengembangan lainnya adalah, perlu atau tidak Datsun memiliki ABS, Airbag, audio yang lebih bagus dan sebagainya, semuanya saya jawab "Tidak"
Alasan saya membeli Datsun ini karena emosional branding dengan mobil2 Datsun saya dulu waktu kecil (sudah cukup tua saya) dan juga karena LCGC yang saya anggap sangat praktis untuk reailitas mobilisasi dari point A ke point B, B ke C, C ke D secara marathon di Jakarta.
Positioning LCGC menurut saya ya harus tetap murah, light weight jadi hemat bahan bakar dan harus low maintenance. Kalau sudah terlalu banyak pernak pernik fitur ini itu mnrt saya bukan mobil yang "simple" lagi. Saya kagum dengan mobil seperti suzuki jimny,kijang awal2 keluar, dll kendaraann serupa. Kenapa, karena mobil tersebut adalah kendaraan basic tanpa banyak embel2 fitur yang akan menjadi masalah dikemudian hari karena umur.
Audio lebih bagus juga mnrt saya nggak ada gunanya di Datsun karena mobil hatchback, speaker di pintu sedangkan pintu tanpa peredam dan plat tipis seperti kaleng kerupuk, kecuali kalau mau tetangga para motor dan mobil di lampu merah mendengarkan apa yang sedang kita dengarkan. Pasang akustik audio akan menambah beban mobil.
Fitur ABS sebenarnya sudah ada di Datsun GO di negara lain (perhatikan instrumen panel di Datsun, ada yang tidak aktif nyala indikatornya), buat saya, syukur tidak di aplikasikan di Indonesia. Mau lari berapa sih dengan Datsun GO, 100km/ jam saja rasanya sudah mengkhawatirkan.
Pengguna LCGC mnrt saya ada beberapa, keluarga baru punya mobil, orang yang baru bisa nyetir dan mobil pertama atau orang yang kayak saya yang suka nyari capek buat bangun mobil yang sebenernya nggak perlu tapi perlu kendaraan yang kapan aja di starter bisa langsung jalan dari Jakarta ke Raja Ampat dengan bensin kalau bisa cuma seratus ribu.
Calya atau Agya mengincar orang2 yang baru bisa nyetir dengan kemudahan transmisi automatic, dan ruang 3 baris belakang yang lebih besar, terbukti memang berhasil. Umumnya di Indo, makin banyak kursi makin laris.
kalau saya mengharapkan ada fitur kekinian, saya tidak akan membeli Datsun, Calya dan mobil LCGC serupa dengan fitur lebih (lebih mahal dari Datsun). Saya prefer untuk sekalian membeli mobil kelas menengah atau premium sekalian (cukup puas dengan BMW) yang Sudah pasti positioningnya,
just sharing my opinion
